Penanganan Stunting di Kudus Disuntik Rp2 Miliar
Ilustrasi praktisi kesehatan menjelaskan kepada ibu dan anak tentang cara memantau tumbuh kembang anak, dalam Milklife Festival Keluarga Sehat 2024, di Alun-alun Kudus, beberapa waktu lalu.FOTO: BURHANUDDIN FIRDAUS/JATENG POS
KUDUS-Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus mengalokasikan anggaran sebesar Rp2 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), untuk intervensi atau penanganan stunting di kabupaten setempat. Selain itu, untuk menguatkan gerakan orang tua asuh.
Kepala DKK Kudus, dr Andini Aridewi melalui Kabid Kesehatan Masyarakat, Nuryanto mengatakan, untuk intervensi stunting di Kudus tahun ini, DKK Kudus mengalokasikan anggaran sebesar Rp2 miliar, dan didukung dari Corporate Social Responsibility (CSR) atau dana sosial dari perusahaan.
‘’Anggaran itu untuk PKMK (pemberian pangan olahan untuk keperluan medis khusus), dan PDK (pangan olahan diet khusus),’’ ungkap Nuryanto, Jumat (10/1) pagi.
Pihaknya menjelaskan, PKMK sendiri untuk mencegah anak mengalami stunting, diantaranya membeli susu. Sedang PDK sendiri untuk mencegah anak mengalami stunting. Kemudian, anggaran itu juga untuk merealisasikan program pemberian makan tambahan (PMT) lokal.
‘’Untuk intervensi stunting di Kudus, nantinya juga ada bantuan keuangan (Bankeu) dari Pemprov Jateng, tapi nilai dan petunjuk teknisnya (Juknis) belum kami terima,’’ kata Dia.
Disinggung kondisi stunting di Kudus, Nuryanto menyebut saat sekarang sudah mengalami penurunan yang cukup drastis. Bahkan di bawah target nasional yakni 14 persen. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), untuk Kudus sampai akhir tahun 2024 tercatat 3,75 persen dari sebelumnya mencapai 15,7 persen.
‘’Angka itu dari sasaran yang disurvei sebanyak 693 balita, dan 26 balita diantaranya mengalami stunting atau 3,75 persen,’’ ungkapnya.
Selain itu, juga mencatat angka yang cukup rendah dalam kasus underweight (kekurangan berat badan), wasting, dan overweight (kelebihan berat badan) pada data hasil SSGI yang dilakukan pada waktu yang sama.
Angka underweight sendiri tercatat 5,19 persen atau ada 36 balita, wasting tercatat 2,74 persen atau 19 balita, dan underweight tercatat 7,94 persen atau 55 balita. Sedangkan Total sasaran yang disurvei berjumlah 693 balita.
‘’Untuk yang E-PPGM (Elektonik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) atau penimbangan serentak yang dilakukan di posyandu dan puskesmas, juga tidak begitu jauh angkanya di bawah 4 persen,’’ paparnya.
Dia menegaskan, hasil memuaskan ini buah dari upaya intervensi stunting yang telah dilakukan bersama berbagai pihak. Baik itu, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, fasilitas kesehatan, perusahaan, akademisi, hingga media massa.
‘’Termasuk ada gerakan Si Cantik (Aksi Cegah Anak Stunting dengan Intervensi Kolaboratif) yang kita launching pada Juni 2024 lalu,’’ tuturnya.
Sementara upaya DKK untuk menurunkan angka stunting, tahun ini akan dilaksanakan Gerakan orang tua asuh anak stunting. Anggarannya bersumber dari dana sosial seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Kudus. Kemudian aksi sosial dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten.
‘’Nantinya, Masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam Gerakan orang tua asuh anak ini,’’ ujarnya. (han)
Posting Komentar untuk "Penanganan Stunting di Kudus Disuntik Rp2 Miliar"
Posting Komentar