Menilik Kisah Serma Wardi, Kenalkan Kopi Muria melalui Komsos Babinsa

JEMUR BIJI KOPI: Serma Wardi tengah menjemur biji kopi setelah dipetik dari perkebunan kopi di Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kudus, Jumat (1/8/2025). (FOTO: BURHANUDDIN FIRDAUS/JATENG POS)


jatengposnews.com, KUDUS-Sersan Mayor (Serma) Wardi merupakan anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) kreatif dari satuan Komando Distrik Militer (Kodim) 0722/Kudus. Pria yang kini berusia 50 tahun itu, tidak hanya sebagai rajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tetapi juga berprofesi sebagai petani kopi muria di Kabupaten Kudus.

Terhitung sejak 2002 silam, Wardi dikenal sebagai prajurit yang cukup kreatif dibidang perkopian. Menyusul dibalik seragam lorengnya, ternyata juga sebagai petani dan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang khusus menjual kopi jenis robusta khas lereng Pegunungan Muria.

Usaha rumahannya itu pun sudah memiliki label sendiri yakni Kopi Angkringan Babinsa ‘Cinaya’ dengan tagline Kopi Eyang Modo. Sejak dirintis 20 tahun silam, saat sekarang kerja kerasnya pun sudah membuahkan hasil. Kini racikan kopi bubuknya dikenal para pecinta kopi di Kota Kretek. Mengingat pangsa pasarnya masih di dalam Kota Kretek.

‘’Saat ini baru saya pasarkan di warung-warung angkringan di Kudus, khususnya di wilayah Kecamatan Dawe dan Gebog,’’ ujar Wardi, saat ditemui di gudang produksinya, di Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kudus, Jumat (1/8).

Alasan menjadi petani kopi muria, Wardi mengaku ingin turut andil mengenalkan kopi yang ditanam di kaki Pegunungan Muria tersebut. Sehingga kopi jenis robusta khas Kota Kretek itu lebih dikenal masyarakat luas.

‘’Jika sudah terkenal, semakin lama pasar kopi muria tentunya bisa semakin luas,’’ ujar Wardi.  

Adapun upaya yang dilakukan untuk mengenalkan produknya itu, melalui kegiatan Komunikasi Sosial (Komsos) Babinsa di desa binaannya dan sekitarnya. Kemudian melalui kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler Ke-125 Tahun 2025 Kodim 0722/Kudus, di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus 23 Juli hingga 21 Agustus 2025.

Atas usahanya itu, Wardi berharap akan memberikan dampak positif bagi para petani kopi di lereng Pegunungan Muria. Terutama di wilayah Desa Kandangmas dan sekitarnya. Sehingga juga berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah Kecamatan Dawe.  

‘’Kami berharap melalui TMMD Reguler tahun ini, petani kopi di wilayah Kecamatan Dawe, khususnya di Desa Kandangmas bisa terangkat pendapatannya,’’ kata Wardi.

Dirinya pun menuturkan, kopi yang dihasilkan merupakan dari kebun kopi milik para petani di wilayah Kecamatan Dawe. Sedang mulai dari proses petik biji kopi hingga menjadi bubuk kopi, dikerjakannya seorang diri setelah turun tugas sebagai Babinsa. Kegiatan tersebut telah dilakoni sejak sekitar 20 tahun terakhir.

‘’Kecuali saat pandemi Covid-19, produksi kopi Kudus sempat menurun sementara karena ada pembatasan kegiatan masyarakat,’’ tuturnya.

Disinggung harga, Wardi menyebut saat ini sedang mengalami penurunan yakni menjadi Rp55 ribu per kilogram dan Rp1,2 juta per kwintal, dibanding musim panen tahun kemarin mencapai Rp80-90 ribu per kilogram.

‘’Saat ini ada penurunan sekitar 25 persen dibanding wiwit (panen, red) kopi tahun kemarin,’’ tutupnya. (han)

 

Posting Komentar untuk "Menilik Kisah Serma Wardi, Kenalkan Kopi Muria melalui Komsos Babinsa"